Say Hi To Politic!!
#Politic-Communication1
Aku kangen sekali sama blog ini tapi selalu lupa untuk menyapa :D hai? Aku rasa halaman ini sama berdebunya dengan kolom tulisan aku yang lain. Masa-masa kuliah lagi posesif nih, dia menuntut fokus aku seluruhnya (padahal pas pdkt gak gitu hehe) jadi daripada putus pas sayang-sayangnya memang harus diturutin dulu kali yha. Jadi untuk sayang-sayangku (jangan baper) kali ini aku kambek bukan dengan cerita baru ataupun sajak, tapi aku pengen melampirkan tulisan dengan sebuah tema pembahasan yang kayaknya melenceng dari isi dominan blog ini.
Kenapa dipost di sini? Semua tulisan itu berharga, dan di antara
kalian mungkin aja ada yang menaruh ketertarikan serupa dengan tema ini jadi
kupikir akan seru juga kalau sampai ada forum ngobrol baru :D langsung aja deh,
make yourself comfortable kalau perlu siapkan cemilan dan minuman. Cekidot!
Beberapa
hari lalu aku masuk ke dalam kelas Komunikasi Politik sebagai salah satu mata
kuliah wajib di semeter 5 Fakultas Ilmu Komunikasi (ia saya anak fikom, pantes kan bawel). Berhasil rebutan kursi
waktu pengisian KRS dan akhirnya aku bisa melihat lagi dosen yang super sibuk
tapi semangatnya gak pernah luntur atau bahkan sebatas keliatan capek pun nggak (dibandingin ama saya yang abis mandi juga masih cakepan ibunya).
Namanya bu
Peppy, dan ternyata ibunya masih inget ama aku. Kuliah minggu pertama masih
diisi sama kenalan santai, dari setiap anggota kelas sampai pada gambaran umum
seputar mata kuliah kajian. Ibunya bertanya tentang hobi dan cita-cita yang
keliatannya sih sepele, tapi ibarat mau naik kapal, gimana bisa sampe kalau
tujuannya aja nggak tau? That’s a cute illustration.
Lalu akhirnya masuk lah
kami ke materi pengantar kuliah. JENG!..JENG!..JENG!!
“Apa
yang kira-kira membuat kalian tertarik untuk belajar Komunikasi Politik?”
ibunya tanya.
Denger itu aku jadi inget pertanyaan tadi. Aku ga tau kenapa aku
ambil kelas ini, dan kalau aku gak bisa nemuin satu aja alasanku ada di dalam
sana itu artinya aku sudah buang-buang waktu sama kayak naik kapal tadi.
Menyinggung
tentang politik, aku lebih suka menyebut diriku sebagai seorang pendengar.
Tidak membatasi diri dengan hanya menampung apa yang aku dapat karena sesekali
aku pun coba kasih reaksi dalam beberapa kesempatan ngobrol santai. Aku
memutuskan untuk nggak mendalami politik lewat sudut pandang teori karena aku
pengen pola pikirku tetap seperti ini sementara terus menjadi pendengar. Ini
membuat aku tetap bisa dengan terbuka segala macam narasi dari siapapun sebelum
pelan-pelan memilahnya sendiri.
Tapi kalau ditanya, Politik yang aku pahami
sejauh ini mirip gunting kuku (kebetulan lagi bersihin kuku juga hehe). Aku
bilang dia kayak gunting kuku karena untuk mendapatkan bentuk jari yang cantik,
khususnya para wanita, gunting kuku harus dipakai hati-hati di setiap potongan.
Salah jepit, dia bisa bikin kamu berdarah atau yang lebih parah jarimu jadi pitak.
Tapi filosofi yang aku suka adalah “gunting kuku itu untuk menyingkirkan
kotoran”.
Yang bikin jari jelek, yang jadi sarang kuman, yang merusak penampilan. Dan faktor yang juga menentukan adalah seberapa “tajam” pisau di
gunting kuku itu pastinya mempengaruhi kerapihan potongan. Ini yang aku ingin
aku gambarkan sebagai peran komunikasi dalam dunia politik.
Membayangkan
“mulut pisau” seperti communication skill
dalam senjata berpolitik, bahkan sudah banyak sekali dalam realita tentang
seorang pesuruh yang pada akhirnya jauh lebih besar kuasa dan pengaruhnya
daripada sang tuan karena kehebatannya dalam berdialog. Membuat seseorang
memberikan hatinya secara cuma-cuma, ini yang membuat kemampuan berkomunikasi
bisa jauh lebih berharga karena itu gak bisa dibeli.
Secara sederhana dipahami
sebagai sebuah kemampuan dalam menciptakan pemahaman, tujuan, kehendak yang
sama antar satu dengan yang lain, komunikasi memungkinkan hal-hal yang
semulanya merugikan dalam tujuan seseorang untuk hilang atau justru
menyempurnakan tatanan rencana politiknya. Ketika seseorang tahu bagian mana
yang harus “dipotong” untuk membuat lekuk kuku yang cantik, di situlah waktunya
dia dan mata pisau si gunting kuku bekerjasama. Aku kira ini hal menarik yang
dapat saya telusuri dalam pembelajaran Komunikasi Politik.
I’ve
seen many take and give relations there, release a gold to have diamond.
Politik bisa kasih kamu teman dan lawan di saat yang sama, tapi itu nggak akan
jadi masalah kalau kamu tahu akan jadi “siapa” kamu di mata mereka.
Politic can
show you how people ask someone to bent down voluntarily, make them let
shoulder trod as a ladder and find the top. Hasilnya ya tergantung dari kamu,
mau ada di posisi penanjak atau yang ditanjak. Tapi seorang penanjak pun bersedia
ditanjak oleh orang lain. Kalau yang kita sering denger sih, “merendah untuk
meroket”. Ada banyak hal yang dikorbankan demi sebuah posisi, dari mulai uang
sampai ke harga diri dan aku melihat semua itu benar-benar terjadi di dalam
politik.
Politik itu bisa kayak neraka, tapi orang-orang sukarela masuk dan
tinggal di sana wkwkwk.
Oh
iya! aku ada rencana untuk buat video juga loh! Topiknya ga jauh lah dari sini.
Sedikit cerita, aku ada rencana untuk buat konsepnya yang sepertinya masih akan
kena perubahan juga. Tapi sejauh ini mungkin modelnya akan mengusung model
wawancara dengan salah seorang ‘narasumber’ yang aku yakini cukup kredibel
(serem ya bahasanya) dalam memberi pandangan “terlepas” dari siapa identitasnya
sebagai anggota masyarakat.
Akan ada beberapa pengaturan terkait teknis yang
pastinya lebih dulu aku sampaikan ke narasumber ku ini sebelum kami pada
akhirnya menghasilkan sebuah video hasil tanya jawab mengenai hal-hal yang
berkaitan dengan Komunikasi Politik. Dalam rencanaku durasi terpanjang adalah 4
menit menghindari pesan utama yang justru akhrinya gak sampai ke audience
karena penyakit klasik yaitu “bosen”. Aku masih terus menyiapkan materi yang
mudah-mudahan tetap up to date tapi bisa dipertanggungjawabkan sumbernya
berkaitan dengan pemakaian di dunia akademik. Ide ini tiba-tiba terlintas di
kepala pas lagi bingung, dan setelah dipertimbangkan sepertinya aku akan mulai
coba buat minggu ini.
Anyways,
kurasa udah terlalu banyak yhaa omonganku di sini? Di atas segalanya aku mengharapkan
kesehatan kalian semua yang sudah membaca ini dan makasih mau baca cemprenganku
hehe. Semoga bisa menghibur yah! Terima kasih, jangan lupa bahagia‼ >.<
Comments
Post a Comment