The Darkest Art, Prologue
HUGGED BY TEARS
"You, whose heart
ached. Whenever you thought of me, i know it'll be harder for you. For
the clumsy break up, just decide to throw those memories away.."
***
Ethan hanya pernah
mengenal satu cinta dalam hidupnya. Dia tidak menginginkan perasaan itu
ketika sesuatu di balik tulang rusuknya berseru marah karena terabaikan
oleh akal sehat. Saat ia terus berkeras mencari alasan logis sebagai
dasar jawaban mengapa pasang mata hitamnya belum juga tergoyahkan,
beralih fokus dari satu titik yang sama selama berminggu-minggu,
berbulan-bulan, hingga satu tahun lamanya. Ibarat definisi dari sebuah
persamaan kebodohan kala membiarkan hal asing tak kasat mata menguasai
pikiran hingga kewarasanmu, identik apa yang selalu nampak pada adiknya,
Christ, setiap kali seorang gadis bertubuh kecil dengan wajah oval
serta alis sepekat warna arang melintas di hadapannya. Ethan tidak ingin
menjadi bodoh karena situasi tanpa hitungan angka sebagai ukuran. Si
lelaki bersudut mata runcing tersebut hanya ingin hidup dalam lingkaran
yang eksak bagi nalarnya.
Lalu pada suatu hari
memorinya kembali ditendang jauh ke belakang untuk membuat ulas senyum
tipis menghias bibir padat pria tersebut. Menghadapi kembali ingatan
akan dirinya yang pergi dengan terlalu percaya diri untuk duduk dan
memeluk langsung pasang manik mata berwarna paling transparan yang
pernah ia temui.
Ethan menarik sesuatu
keluar dari saku mantel panjang hitamnya sebelum menimpa salah satu
tempurung lutut di atas suket dan membuka kotak beludru biru gelap yang
semula menyembunyikan dengan hangat benda silver berlingkar kecil
bertempakan 4 buah batuan hijau di permukaan.
Kepada seseorang asing yang dalam satu tahun terakhir terus menduduki ujung sisi kursi taman dengan segelas Americano serta potongan cocoa sponge cake yang saat ini nyaris terhempas jauh dari telapak tangan kecil itu karena tindakannya.
"Aku tidak tahu apapun
bahkan tentang siapa nama seseorang yang dalam satu tahun terakhir
kuperhatikan menempati bagian ini, duduk sebelum mengabaikan segala
sesuatu di sekitarnya hanya karena setiap judul buku berbeda yang ia
bawa setiap 2 hari sekali. Dia akan mengganti beberapa kali posisi
tubuhnya lalu meraba minuman tanpa berpaling, mengusap tengkuk ketika
cukup lelah sebelum beberapa menit selanjutnya pergi dan menikmati makan
siang di kafe itu.." Ethan berucap tanpa henti mengutuk dalam hati
atas suara yang terdengar bergetar. Hanya saja tindakan yang sama sekali
tak logis ini membuat lelaki tersebut mengetahui dua hal yang selalu
menjadi pertanyaanya.
Satu, gadis itu memiliki sebuah tahi lalat nyaris tak nampak di sisi kanan pelipisnya.
"..tetapi tak cukup
alasan itu menahanku untuk mengatakan bahwa aku begitu ingin tahu
bagaimana dia terhadap seluruh hal yang aku rasakan baginya. Jadi
bisakah kau..membantuku memberikan jawabannya?"
Dua, atau tiga? karena
gadis itu berkata bahwa namanya adalah Lana, dan samar wajahnya memerah
setelah Ethan nampak kehabisan kata-katanya.
.
.
.
To be continued
My another stories but
yaah, this can be called as the first here! So i hope you guys love it
dan jangan ragu meninggalkan reviewnya yaa! aku menunggu
responnya. Terima kasih!!
Comments
Post a Comment